Prinsip-Prinsip Akuntansi
A. PRINSIP
AKRUAL (ACCRUAL PRINCIPLE)
Pada prinsip ini, setiap transaksi akuntansi yang terjadi harus
dicatat langsung setelah selesai transaksi, bukan pada saat ada arus kas yang
terkait dengan transaksi tadi. Itulah dasar dari ptinsip akrual ini.
Hal ini penting untuk pembangunan laporan keuangan yang
menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi dalam suatu periode akuntansi, bukannya
artifisial tertunda atau dipercepat oleh arus kas yang terkait.
Misalnya, kalau kita mengabaikan prinsip akrual, kita akan
mencatat piutang hanya saat piutang tersebut sudah dibayar. Akibatnya akan
terjadi penundaan yang bertumpuk karena kita akan menunggu pemayaran piutang
tersebut dari pemasok.
B. PRINSIP
KONSERVATISME (CONSERVATISM PRINCIPLE)
Dalam konsep ini kita harus mencatat beban dan kewajiban
sesegera mungkin, tapi untuk pencatatan pendapatan dan aset hanya dilakukan
jika kita yakin hal tersebut akan terjadi.
Hal ini
tentu saja akan berakibat pada laporan keuangan dimana pendapatan yang
dilaporkan menjadi lebih rendah, karena pendapatan dan pengakuan aset mungkin tertunda
selama beberapa waktu.
Sebaliknya, prinsip ini cenderung mendorong pencatatan kerugian
sebelumnya, daripada saat telah terjadi. Konsep ini dapat berbahaya jika
dimanfaatkan berlebihan, karena bisa saja kita salah menganggap kalau bisnis
kita tidak berjalan sesuai pada realitanya.
C. PRINSIP
KONSISTENSI (CONSISTENCY PRINCIPLE)
Konsep ini merupakan konsep dimana ketika kita telah menggunakan
satu prinsip atau metode akuntansi, kita harus terus menggunakannya hingga ada
prinsip atau metode yang lebih baik lagi.
Jika kita tidak mengikuti prinsip konsistensi ini berarti kita
akan melakukan penanganan akuntansi berbeda-beda tiap transaksi. Akibatnya akan
terasa pada jangka panjang dimana hasil keuangan akan sulit untuk diprediksi.
D. PRINSIP
BIAYA (COST PRINCIPLE)
Prinsip ini menyatakan bahwa suatu usaha hanya harus mencatat
aset, kewajiban, dan investasi ekuitas dengan biaya pembelian asli mereka.
Namun hal ini malah menjadi kurang valid, karena kita akan menyesuaikan dan
mengarahkan aktiva dan liabiliti pada nilai-nilai wajarnya.
E. PRINSIP
ENTITAS EKONOMI (ECONOMIC ENTITY PRINCIPLE)
Dalam prinsip ini kita harus memisahkan transaksi bisnis dari
milik pribadi dengan bisnis lain yang kita lakukan. Hal ini untuk mencegah
tercampurnya aset dan kewajiban antara beberapa entitas, yang dapat menyebabkan
kesulitan yang cukup besar ketika laporan keuangan dari bisnis yang masih muda
yang pertama diaudit.
F. PRINSIP
PENGUNGKAPAN PENUH (FULL DISCLOSURE PRINCIPLE)
Konsep ini mengharuskan kita untuk memasukan kedalam laporan
keuangan bisnis semua informasi yang dapat mempengaruhi pemahaman pembaca
terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi telah sangat diperkuat pada konsep
ini dalam menetapkan sejumlah besar pengungkapan informasi.
G. GOING
CONCERN PRINCIPLE
Prinsip ini mengasumsikan bahwa bisnis kita akan tetap
beroperasi di masa mendatang. Ini berarti kita bisa menunda pengakuan beberapa
biaya, seperti penyusutan, sampai periode kemudian. Jika tidak, kit harus
mengenali semua biaya sekaligus dan tidak menunda salah satu dari mereka.
H. PRINSIP
PENCOCOKAN (MATCHING PRINCIPLE)
Matching principle merupakan konsep dimana ketika kita mencatat
pendapatan, kita juga harus mencatat semua pengeluaran yang terkait pada waktu
yang sama.
Dengan begitu, kita bisa mengisi persediaan untuk biaya pokok
penjualan pada saat yang sama ketika kita merekam pendapatan dari penjualan
barang-barang inventaris. Prinsip ini adalah landasan dasar akrual.
I.
PRINSIP MATERIALITAS
(MATERIALITY PRINCIPLE)
Pada prinsip ini kita harus mencatat transaksi dalam catatan
akuntansi, jika tidak maka dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan dari
seseorang yang membaca laporan keuangan perusahaan. Konsep ini merupakan konsep
yang samar-samar dan sulit untuk dihitung, karena terlalu banyak pencatatan
transaksi yang dilakukan bahkan transaksi terkecil.
J. PRINSIP
UNIT MONETER (MONETARY UNIT PRINCIPLE)
Konsep monetary unit berisi bahwa suatu usaha hanya harus
mencatat transaksi yang dapat dinyatakan dalam mata uang tertentu. Dengan
begitu, itu cukup mudah untuk merekam pembelian aset tetap, karena dibeli
dengan harga tertentu.
Sedangkan nilai dari sistem kontrol kualitas bisnis tidak
dicatat. Konsep ini membuat estimasi bisnis yang terlibat menjadi terlalu
berlebihan dalam menurunkan nilai aset dan kewajiban.
K. PRINSIP
KEANDALAN (RELIABILITY PRINCIPLE)
Berbeda dengan prinsip unit moneter, prinsip ini hanya mencatat
transaksi yang dapat dibuktikan. Misalnya, faktur pemasok adalah bukti kuat
bahwa biaya telah direkam. Konsep ini menjadi perhatian utama auditor, yang
terus-menerus mencari bukti transaksi yang mendukung.
L. PRINSIP
PENGAKUAN PENDAPATAN (REVENUE RECOGNITION PRINCIPLE)
Pada konsep ini kita hanya harus mengakui pendapatan ketika
proses penghasilan bisnis telah selesai dikerjakan. Begitu banyak orang
menerapkan konsep ini untuk melakukan manipulasi pelaporan untuk menyesuaikan
dengan sejumlah besar informasi apa yang termasuk pada pengakuan pendapatan
yang tepat.
M. PRINSIP
PERIODE WAKTU (TIME PERIOD PRINCIPLE)
Sesuai
dengan judulnya, pada konsep ini kita harus melaporkan hasil operasi dalam
periode standar waktu. Prinsip ini sangat berbeda dengan beberapa konsep
sebelumnya, tetapi hal itu dimaksudkan untuk menciptakan satu set standar periode
sebanding, yang berguna untuk analisis trend.
Komentar
Posting Komentar